Pada tahun 2011 silam, perusahaan raksasa sekelas Sony pernah kebobolan hacker dan mengakibatkan 77 juta data pengguna PlayStation Network. Karena kejadian ini, mereka pada akhirnya mulai berbenah dan memperbaiki sistem yang mereka miliki.
Kini, sudah sekitar 12 tahun sejak kejadian tersebut. Alih-alih akan terus aman dan tidak akan terulang kembali, tapi nyatanya tidak. Baru-baru ini, sebuah kelompok peretas telah berhasil mencuri data dari perusahaan Sony dengan sejumlah bukti yang ada.
Sony kembali dibobol hacker

Sony dilaporkan menjadi korban serangan ransomware oleh sebuah kelompok yang mengancam akan menjual data tersebut jika Sony menolak membayar uang tebusan. Meskipun belum ada laporan resmi dari perusahaan, kelompok pelaku diduga merupakan orang yang sama dengan serangan sebelumnya.
Dalam laporan CyberSecurityConnect, kelompok tersebut mengklaim telah berhasil meretas semua sistem yang dimiliki Sony dan berencana untuk menjual data yang mereka curi. Mereka menyebutkan bahwa data yang berhasil mereka curi berasal dari Sony Group Corporation dan Sony Corporation.
Ancam akan menjual data

Kelompok tersebut bahkan memberikan bukti nyata dari tindakan mereka dengan membagikan contoh data dan struktur direktori dari semua yang mereka ambil. Data ini mencakup sekitar 6.000 file, termasuk berbagai file log, file HTML, dan file Java.
Dalam pernyataan tersebut, sekelompok peretas juga mengungkapkan bahwa mereka membuat data perusahaan tersebut tersedia untuk publik karena mereka menolak untuk menerima tebusan yang mereka minta.
Meskipun tidak ada harga yang disebutkan untuk data tersebut, mereka yang tertarik dapat menghubungi mereka melalui aplikasi chat terenkripsi yang bernama Tox. Sampai saat tulisan ini diterbitkan, masih belum ada konfirmasi resmi mengenai kebenaran atau kebohongan dari bukti-bukti yang telah disertakan, karena perusahaan Sony belum memberikan pernyataan resmi.
Mari kita tunggu pihak Sony mengkonfirmasi kabar peretasan ini. Apakah memang benar-benar seperti laporan atau malah ini hanya sekedar data bohongan saja?